Perusahaan Chip Intel Menghadapi Krisis Terburuk

Bano polis – Perusahaan Chip Intel, salah satu raksasa chip global yang sebelumnya dikenal dengan stabilitasnya, mengalami krisis yang belum pernah terjadi sebelumnya. Pada hari Jumat, 2 Agustus 2024, saham Intel anjlok hingga 26% menjadi USD 21,48 per lembar pada penutupan bursa, menandai penurunan terbesar dalam lima dekade terakhir. Ini adalah penurunan terburuk kedua yang pernah dialami saham Intel, setelah penurunan 31% yang terjadi pada Juli 1974, hanya tiga tahun setelah perusahaan ini go public.

Kapitalisasi pasar Perusahaan Chip Intel saat ini terjun drastis, kini berada di bawah USD 100 miliar. Penurunan tajam ini menandai titik nadir dalam sejarah perusahaan yang pernah menjadi pelopor dalam industri semikonduktor. Dampak dari penurunan ini tidak hanya dirasakan oleh Intel, tetapi juga oleh pasar semikonduktor global secara keseluruhan. Saham perusahaan-perusahaan semikonduktor besar seperti Taiwan Semiconductor Manufacturing Co (TSMC) dan Samsung juga turun, mencerminkan ketidakstabilan yang melanda sektor tersebut.

“Bac juga: Ekonomi Digital Indonesia Potensi Tembus Rp 5.800 Triliun di 2030”

Kerugian Keuangan dan Restrukturisasi Besar-Besaran

Laporan keuangan terbaru Intel menunjukkan kerugian bersih sebesar USD 1,61 miliar, menambah beban berat yang dihadapi perusahaan. Sebagai bagian dari langkah pemulihan, Intel mengumumkan rencana restrukturisasi yang akan mencakup pemutusan hubungan kerja lebih dari 15% karyawan mereka. Restrukturisasi ini merupakan upaya untuk mengurangi biaya hingga USD 10 miliar, sebuah langkah drastis untuk menanggulangi masalah finansial yang mendalam.

“Ini adalah restrukturisasi Intel paling substansial sejak transisi mikroprosesor memori empat dekade lalu,” ujar Pat Gelsinger, CEO Intel, dalam sebuah pernyataan. “Kami telah menetapkan perjalanan yang berani untuk membangun kembali perusahaan ini, dan kami akan menyelesaikannya.”

Gelsinger menekankan bahwa langkah ini sangat penting untuk masa depan perusahaan, meskipun efek jangka pendek dari restrukturisasi ini mungkin akan sangat meresahkan bagi karyawan dan pemangku kepentingan.

Tertinggal dalam Persaingan Teknologi

Intel kini berada dalam posisi sulit di pasar semikonduktor yang semakin kompetitif, terutama dalam bidang kecerdasan buatan (AI). Perusahaan ini tampaknya tertinggal jauh di belakang pesaingnya seperti Nvidia, yang saat ini memimpin pasar dengan chip AI-nya yang inovatif dan canggih. Klien-klien besar berbondong-bondong beralih ke Nvidia untuk memenuhi kebutuhan AI mereka, meninggalkan Intel dengan pangsa pasar yang menyusut.

“Simak juga: Kopi Ghee, Kopi Mentega India yang Menyehatkan”

“Pendapatan kami belum tumbuh seperti yang diharapkan dan kami memang belum sepenuhnya mendapatkan keuntungan dari tren yang canggih, seperti AI,” kata Gelsinger. Dia mengakui bahwa Intel harus melakukan perubahan fundamental dalam cara beroperasinya untuk bisa bersaing kembali di pasar yang sangat dinamis ini.

Langkah-Langkah untuk Pemulihan

Dalam upaya untuk menghadapi krisis ini, Intel telah memangkas rencana investasi dan menangguhkan pembayaran dividen. Langkah-langkah ini merupakan bagian dari strategi yang lebih luas untuk merestrukturisasi perusahaan dan mengembalikannya ke jalur pertumbuhan. Namun, keputusan-keputusan ini menunjukkan betapa mendalamnya tantangan yang dihadapi Intel, serta seberapa besar perubahan yang perlu dilakukan untuk memulihkan kekuatan dan posisi pasar perusahaan.

Intel saat ini menghadapi salah satu tantangan terbesar dalam sejarahnya, dengan penurunan saham yang tajam, kerugian finansial yang signifikan, dan kebutuhan mendesak untuk restrukturisasi. Persaingan ketat dalam teknologi AI dan pasar semikonduktor global menambah beban berat yang harus ditanggung oleh perusahaan. Upaya untuk memulihkan posisi Intel akan memerlukan strategi yang sangat terencana dan tindakan berani untuk mengatasi masalah mendasar dan meraih kembali kepercayaan pasar. Apakah Intel dapat mengatasi krisis ini dan kembali menjadi pemimpin industri, ataukah penurunan ini menandai akhir dari era kejayaan mereka, hanya waktu yang akan menjawab.