OpenAI beberapa waktu lalu mengisyaratkan bakal memulai uji layanan berbayar untuk platform chatbot berbasis kecerdasan buatan (artifical intelligence/AI), ChatGPT.
Melalui pengumuman di server Discord resminya, dikutip dari unsyiahpress.id, Selasa (17/1/2023), OpenAI mengatakan mereka mulai memikirkan cara untuk memonetisasi ChatGPT.
Perusahaan mengatakan, hal ini adalah salah satu cara untuk memastikan kelangsungkan jangka panjang dari alat tersebut. Lebih lanjut, versi ChatGPT berbayar ini kabarnya akan bernama ChatGPT Professional.
OpenAI juga sudah membagikan tautan untuk waitlist atau daftar tunggu, yang berisi berbagai pertanyaan mengenai preferensi pembayaran.
Salah satunya adalah soal harga chatbot ChatGPT per bulan yang menurut pengguna tidak terlalu mahal, sehingga ada yang mempertimbangkan untuk berlangganan.
Selain itu, daftar tunggu juga menguraikan keuntungan ChatGPT Professional seperti di antaranya tidak ada jendela “blackout” atau semuanya tersedia, tidak ada pembatasan, dan jumlah pesan yang tidak terbatas.
OpenAI juga mengatakan, mereka yang mengisi waitlist tersebut berkesempatan untuk dipilih dalam program awal atau pilot untuk ChatGPT Professional. Namun, program ChatGPT berbayar masih dalam tahap uji coba dan belum akan tersedia luas untuk sekarang.
ChatGPT sendiri memang tengah naik daun, khususnya dengan perhatian yang begitu besar dari media hingga meme.
Aktor Deadpool Ryan Reynolds misalnya, beberapa waktu lalu menggunakan ChatGPT untuk menulis iklan untuk Mint Mobile, operator seluler di mana dia memiliki sebagian dari perusahaan.
Selain itu, Microsoft juga disebut-sebut bakal menggunakan AI yang dipakai di ChatGPT, ke dalam platform mereka seperti Microsoft Office dan peramban Bing.
Menurut laporan oleh The New York Times beberapa waktu lalu, seperti dikutip dari CNET, Kamis (29/12/2022), popularitas ChatGPT juga disebut-sebut membuat Google resah dan mengeluarkan “red code” alias “tanda bahaya.”
Seorang eksekutif Google berbicara secara anonim kepada New York Times, chatbot AI seperti ChatGPT bisa menjungkirbalikkan bisnis raksasa pencarian tersebut, yang bergantung pada iklan dan e-commerce di Google Search.
Publikasi itu juga mengklaim, dalam memo dan rekaman audio yang mereka peroleh, CEO Sundar Pichai sudah mengadakan pertemuan untuk “menentukan strategi AI Google.”
Pichai juga menyebutkan, mereka telah “membalikkan pekerjaan banyak kelompok di dalam perusahaan, untuk menanggapi ancaman ditimbulkan oleh ChatGPT.”
Mengutip Insider, secara khusus, tim di divisi penelitian, kepercayaan, dan keamanan Google, di antara departemen lain, telah diarahkan untuk beralih membantu pengembangan dan peluncuran prototipe dan produk AI.
Beberapa karyawan juga dilaporkan diminta membuat produk AI mampu menghasilkan seni dan grafik, mirip dengan DALL-E OpenAI yang saat ini sudah banyak dipakai. Sejauh ini, tidak ada tanggapan resmi dari Google soal kabar tersebut.
Di sisi lain, ChatGPT juga menimbulkan kontroversi bagi beberapa pihak, seperti dari kalangan akademisi.
Sekolah-sekolah di New York City, Amerika Serikat, diminta untuk menjauhkan jaringan mereka dari ChatGPT, karena dikhawatirkan akan memicu tindak kecurangan dan informasi salah.
Larangan ini dikeluarkan oleh Dinas Pendidikan Kota New York, juga dikonfirmasi oleh juru bicara mereka Jenna Lyle pada Kamis pekan lalu.
“Karena kekhawatiran tentang dampak negatif pembelajaran siswa, kekhawatiran keamanan dan keakuratan konten, akses ChatGPT dibatasi pada jaringan dan perangkat Sekolah Umum,” ujarnya.
Dikutip dari New York Post, Senin (16/1/2023), Lyle mengakui kecerdasan buatan ini mungkin memberikan jawaban cepat dan mudah atas berbagai pertanyaan.
Namun menurutnya, “alat ini tidak membangun keterampilan berpikir kritis dan memecahkan masalah, yang penting untuk kesuksesan akademis dan seumur hidup.”
Di kalangan pengajar, ChatGPT memang menimbulkan kekhawatiran timbulnya kecurangan akademik, memudahkan siswa membuat esai atau tugas lainnya hanya dengan menekan beberapa tombol.
Dinas Pendidikan Kota New York akan mengizinkan sekolah untuk mengakses platform ini, jika mereka ingin mempelajari teknologi yang mendasari kecerdasan buatan tersebut.
Selain itu, larangan juga tidak akan mempengaruhi upaya untuk mengakses ChatGPT di perangkat non-pendidikan atau jaringan internet. ChatGPT dinilai masih bisa menghasilkan informasi yang tidak akurat atau salah, saat menghasilkan jawaban.
Kritikus menyatakan keprihatinannya bahwa kelemahan alat ini, akan memperkuat informasi salah dan konten tidak pantas, tanpa perlindungan tepat.
Sebelumnya, seorang profesor profesor perguruan tinggi di AS juga menangkap basah mahasiswanya menggunakan bot ChatGPT, untuk menulis tugas esai dari kelas filsafatnya.