Bano polis – Mpox, yang dikenal juga sebagai ‘cacar monyet’, dapat memengaruhi anak-anak dan remaja meski sebelumnya lebih dikenal menyerang orang dewasa. Penularannya bisa terjadi melalui kontak langsung dengan kulit pasien Mpox, seperti saat berpelukan, mengasuh, atau tidur bersama. Risiko penularan meningkat signifikan jika anak terpapar dengan cairan tubuh atau sekresi pernapasan dari pasien yang terinfeksi.
Laporan terbaru yang diterbitkan pada 3 November 2022 mengungkapkan epidemiologi dan klinis Mpox pada anak-anak dan remaja di Amerika Serikat. Dari 83 kasus yang dilaporkan:
- 16 kasus terjadi pada anak-anak.
- 12 kasus di antaranya adalah anak-anak berusia 5-12 tahun.
- 55 kasus terjadi pada remaja berusia 13-17 tahun, di mana 89 persen dari mereka adalah laki-laki.
Pada anak-anak di bawah 12 tahun, cara paparan paling umum adalah kontak fisik dekat dengan anggota keluarga dewasa yang mengidap Mpox. Sementara itu, untuk remaja, paparan paling umum adalah melalui kontak seksual antara pria.
“Baca juga: Biopori Solusi Praktis untuk Lingkungan yang Lebih Baik”
Gejala Cacar Monyet pada Anak-anak dan Remaja
Gejala Mpox pada anak-anak dan remaja mirip dengan gejala pada orang dewasa. Ruam adalah tanda yang paling umum, yang biasanya berkembang dari lesi makulopapular menjadi vesikel, pustula, dan akhirnya koreng.
Menurut laporan infeksi Mpox klade I dan II pada anak-anak dan remaja, ruam sering disertai dengan gejala lain seperti demam, menggigil, berkeringat, limfadenopati (pembengkakan kelenjar getah bening), sakit tenggorokan, sakit kepala, dan nyeri otot. Namun, dalam wabah saat ini, demam dan limfadenopati tidak selalu muncul.
Gejala tambahan yang mungkin muncul termasuk kelelahan dan sakit kepala. Jika terdapat lesi di area mulut, anak dapat mengalami kesulitan menelan atau batuk. Lesi di sekitar mata dapat menyebabkan pembengkakan kelopak mata atau pengerasan.
“Simak juga: Kopi Arab Qahwa memiliki Manfaat bagi Kesehatan”
Memastikan Diagnosis yang Tepat
Ruam Mpox pada anak-anak bisa disalahartikan dengan kondisi kulit lainnya yang umum terjadi pada anak, seperti cacar air, herpes zoster, hand foot and mouth disease (HFMD), campak, kudis, moluskum kontagiosum, herpes, sifilis, ruam kulit alergi, dan infeksi kongenital. Oleh karena itu, evaluasi menyeluruh dan pengujian untuk etiologi lain sangat penting, terutama jika tidak ada hubungan epidemiologis dengan pasien Mpox yang teridentifikasi.
Menurut laporan CDC, distribusi ruam pada anak-anak umumnya terjadi di badan dan wajah, dengan tidak ada kasus pada anak-anak di bawah 12 tahun yang menunjukkan lesi di area genital. Sebaliknya, sebagian besar remaja menunjukkan lesi anogenital. Sekitar 11 persen dari 83 kasus dirawat di rumah sakit, tetapi tidak ada yang memerlukan perawatan intensif. Sekitar 22 persen pasien diobati dengan tecovirimat, dan semua pasien dilaporkan pulih tanpa gejala sisa.
Dengan pemahaman yang lebih baik tentang gejala dan lokasi ruam Mpox, orang tua dan tenaga medis dapat lebih siap untuk mendeteksi dan menangani infeksi ini secara efektif.